Senin, 28 November 2011

Spiritualisasi Pembelajaran Sains


SPIRITUALISASI PEMBELAJARAN SAINS

Cerita Pengantar :

Tersebutlah sebuah kisah, di masa belum ada internet dan telepon seluler, ada sepasang suami istri yang tinggal di Indonesia. Suaminya bekerja sebagai peneliti dan dosen di perguruan tinggi ternama. Suatu saat, suaminya mendapatkan tugas belajar dari tempat kerjanya untuk meneruskan kuliah S3 ke Jerman. Berangkatlah sang suami untuk program doctoral selama 5 tahun.
Selama di Jerman, komunikasi antara istri dan suaminya selain melalui telpon (mahal juga ya) juga melalui surat (yang lebih murah). Istrinya sangat rajin menulis surat, hampir setiap bulan cerita tentang anak-anak yang lucu, kegiatannya, kerinduan dan sebagainya tertumpahkan di berlembar-lembar kertas. Tetapi, anehnya sang suami ternyata tidak pernah membalasnya.
Malah, suaminya ini punya kebiasaan aneh. Surat yang datang dari istrinya bukannya dibaca, tetapi diteliti dengan sangat tekun dan rajin. Dari tinta yang digunakannya, ditelitinya zat kimiawi yang terkandung di dalamnya. Kemudian dalam aspek fisikanya, dari bentuk tulisan dan ketebalan tinta, diteliti juga besar gaya tekan istrinya saat menulis surat tersebut. Dan saking asyiknya kepada penelitian tersebut, akhirnya selama 6 bulan surat dari istrinya tidak pernah dibaca, apalagi dibalas.

Pertanyaan :
  1. Menurut anda apakah kelakuan sang suami tersebut normal ?
  2. Apabila anda menjadi istri, apa sikap anda terhadap suami seperti itu ?
  3. Apa yang dapat anda simpulkan dari cerita di atas berkaitan dengan hubungan antara ilmu pengetahuan alam (sains) dengan agama ?

Istilah spiritulisasi pendidikan muncul sebagai akibat dari semakin melebarnya deskrepansi antara ilmu umum di satu pihak dan ilmu agama di pihak yang lain. Dalam dunia pendidikan telah lama terjadi dikotomi yang tegas antara ilmu umum dengan ilmu agama. Bahkan banyak ilmuwan yang menolak ilmu-ilmu keislaman sebagai suatu disiplin ilmu, karena tidak ditegakkan di atas dasar eksperimen sebagaimana pada ilmu-ilmu umum. Kelompok ini hanya menerima sebagai ilmu apabila bersifat realisme rasional atau realisme empiris, di balik itu tidak ada ilmu. Melihat kenyataan ini kemudian tampil cendikiawan Muslim untuk mengembalikan kedudukan ilmu pada posisi sebenarnya, seperti Ismail Raji Al-Faruqi tampil dengan misi Islamisasi pengetahuan.
Sumber dan hakikat ilmu dalam perspektif Islam berasal dari Allah yang mempunyai nama/sifat ‘alim al-ghaib wa al syahadah (Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata) (Q.S. Al-An’am:73). Ilmu Allah dilimpahkan secara terbatas kepada seluruh mahluk Allah, termasuk manusia, dalam dua tanda (ayat): pertama ayat kawniah dan kedua, ayat qawliah. Ayat kawniah adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang diletakkan pada mikro- dan makrokosmos. Sedangkan ayat qawliah adalah yang termaktub di dalam kitab suci dan suhuf. Surat Al-‘alaq : 1 memberi indikasi tentang kedua hal ini. Perintah iqra’ pada ayat itu dapat dimaknai sebagai perintah membaca fenomena alam dan membaca apa yang akan dibacakan oleh Jibril.
Sumber spiritualisasi itu sama dengan sumber ajaran Islam, yaitui  Al Qur’an dan Al-Sunnah sebagai sumber pokok pertama dan kedua. Dilengkapi dengan ijtihad.
            Contoh dalam pengajaran : tema panca indera pada kurikulum SD. Kalau hanya mengenalkan atau menunjukkan jenis indera dan berakhir di situ maka  spiritualisasi tidak ada. Akan tetapi kalau disertai misalnya fungsi mengagumkan indra-indra itu sebagai ciptaan Allah, strukturnya yang sempurna, maka di sana terjadi penjiwaan Islam. Demikian juga misalnya jantung yang bergerak secara otonom, atau berbagai ayat kawniah di sekeliling lingkungan hidup kita. Contoh-contoh itu bahkan yang terdapat dalam diri manusia sendiri semestinya menjadi renungan bagi tiap individu (Q.S. Az-Zariyat 21).

Pendekatan Fundamental Radikal
Untuk melakukan spiritualisasi pendidikan dibutuhkan lima langkah Fundamental Radikal sebagai berikut :
  1. Internalisasi, yaitu melakukan proses pemasukan nilai-nilai Islam ke dalam materi-materi sehingga sesuai dengan pemikiran, pendapat dan hukum Islam.
  2. Koreksi, yaitu melakukan koreksi terhadap materi-materi yang bertentangan dengan pemikiran, pendapat dan hukum Islam.
  3. Substitusi, yaitu melakukan penggantian terhadap materi-materi yang bertentangan dengan pemikiran, pendapat dan hukum Islam dengan materi yang baru sama sekali.
  4. Adisi, yaitu menambahkan beberapa submateri baru ke dalam materi yang ada.
  5. Fiksasi, berupa pembakuan materi yang telah ada.

Sabtu, 26 November 2011

Pendampingan WI

doc.pendampingan MTsS Al Rosyadiyah Cikarang Timur Bekasi

Alhamdulillah selama 4 bulan dari 12 Agustus s.d. 26 Nopember 2011 akhirnya selesai juga pendampingan pemantapan sepesialisasi widyaiswara. terimakasih kepada Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Rosyadiyah Cikarang Timur Bekasi Bapak R. Humaedi dan Guru-guru yang setia mengikuti program ini sampai sekarang.



Jumat, 25 November 2011

Cara mengembalikan file yg terhiden

Ketika kita sering memindahkan flashdiskh kita dari PC yang satu ke yang lain, dapat memungkinkan flashdiskh kita terserang virus, data yang ada hilang tetapi ketika di propertis terbaca sizenya. menurut kami yang termudah mengembalikan file yang terhiden virus bisa memakai command propmt. langkahnya sebagai berikut:

1. klik strat --> klik RUN --> ketik cmd
2. dari menu command tampil c:\user\compaq> maka ketik lokasi usb misalkan g:
3. setelah itu muncul menu G:> kemudian ketik perintah sebagai berikut
4. G:>attrib -h -r -s /d /s kemudian enter
5. tunggu beberapa saat, kemudian cek kembali flashdisk.
6. semoga berhasil

keterangan:
attrib : perintah dos untuk memanipulasi attribut file
-h : untuk menghilangkan attribut hidden
-r : untuk menghilangkan attribut read only
-s : untuk menghilangkan attribut system
-d : parameter directory
-s : parameter sub directory

PDWK TIK MA Angkatan V

  Kota Cirebon merupakan kota yang unik dapat dikatakan kota wali, Sunan Gunung Djati. Cirebon dari kata cai dan rebon, ada juga dengan nama...