Minggu, 08 Desember 2013

jurnal ku

STUDI TENTANG SIKAP SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR FISIKA BERBASIS WEB E- LEARNING

Oleh : Saeful Nurdin

Abstract
Tujuan Studi pendahuluan ini untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata pelajaran fisika, kemampuan berdiskusi, sikap berprestasi dan belajar mandiri pada siswa kelas x pada Madrasah Aliyah Negeri Ciparay. Adapun metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dari studi ini didapat sikap setuju terhadap mata pelajaran fisika menggunakan multimedia, kemampuan berdiskusi, sikap berprestasi dan belajar mandiri dengan skor 85,18.
Keyword: self regulation learning, e-learning, sikap.
The aim of this preliminary study was to determine the students' attitudes toward physics subjects, discussion capabilities, attitudes and self-learning achievement in grade x students at Madrasah Aliyah. The method used is descriptive method. The results obtained from this study in attitude can be approached agreed to use the physics subjects multimedia, discussion capabilities, attitudes and self-learning achievement with a score of 85.18.
Keyword: self regulation learning, e-learning, attitudes
Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat akhir akhir ini, mendapat sambutan positif di masyarakat. Berbagai layanan masyarakat sudah menerapkan ICT (Information and Communication Technology). Demikian pula pada layanan pendidikan merupakan sebuah tuntutan yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, beberapa penelitian internasional menemukan berbagai kendala yang tidak sederhana dalam menggunakan ICT sebagai inovasi media pembelajaran. Masalah utama yang seringkali dihadapi adalah keterbatasan sumber daya, baik sumber daya fisik, sumber daya manusia maupun sumber belajar berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi.
Karakter lingkungan pembelajaran fisika sangat spesifik bahwa penciptaan alat e-learning yang cukup rumit. Penulis mencoba untuk memasukkan pembelajaran berbasis web, melalui e-learning di sekolah dengan bantuan tutor pembelajaran berbasis web ini dikembangkan untuk melibatkan dalam berbagai aspek individu siswa secara terpisah, tapi masih ada kesempatan untuk berkonsultasi langsung dengan guru. Merupakan peningkatan efisiensi kerja, di mana siswa dapat mencurahkan substansial lebih banyak masalah yang dapat di diskusikan dan dicari jalan pemecahan masalahnya yang tidak dibatasi oleh standar pelajaran.
Penguasaan media dan teknologi merupakan syarat awal bagi tutor untuk menjadi guru yang baik yang mengajarkan siswanya tentang e-learning. Pada awal proses pembelajaran sampai akhir pembelajaran harus adanya motivasi dari guru kepada siswa agar giat belajar. Karena didalam pembelajaran e-learning, disiplin siswa dan kreatifitas siswa sangat mempengaruhi pencapaian tujuan yang hendak dicapai. Hal ini disebutkan sebagai pembelajaran dengan aturan sendiri. Self regulated learning (SRL) adalah pembelajaran yang dipandu oleh metakognisi (berpikir tentang berpikir seseorang), aksi strategis (perencanaan, monitoring, dan evaluasi kemajuan pribadi terhadap standar), dan motivasi untuk belajar. "Self-regulated" menggambarkan proses mengambil kendali dan mengevaluasi pembelajaran dan perilaku orang itu sendiri.
Peserta didik diatur sukses sendiri karena mereka mengendalikan lingkungan belajar mereka. Mereka mengerahkan kontrol ini dengan mengarahkan dan mengatur tindakan mereka sendiri menuju tujuan belajar mereka. Pembelajaran diatur sendiri harus digunakan dalam tiga fase yang berbeda dari pembelajaran. Tahap pertama adalah selama pembelajaran awal, tahap kedua adalah ketika troubleshooting masalah yang muncul selama pembelajaran dan tahap ketiga adalah ketika mereka mencoba untuk mengajar orang lain.
Lingkungan belajar yang bersifat eksploratori, seperti simulasi komputer, dapat digunaka untuk memberikan contoh-contoh ganjil. Pembelajaran menggunakan simulasi memberikan beberapa kuntungan para siswa dapat menyelidiki contoh-contoh yang diperkenalkan denan mengubah nilai-nilai parameter, para siswa dapat menginterperstasikan konsep ilmiah yang mendasar dari simulasi dan kemampuannya dalam memberikan umpan balik (feedback) yang segera. Hal ini didukung oleh Maddux, et.al (munir 2001) yang menyatakan metode simulasi atau demontrasi melalui komputer memiliki beberapa kelebihan diataranya: menggalakan proses belajar iduktif, mewujudkan pengalaman dan keputusan yang nyata dan membisakan pebelajar berpikir kritis dan kreatif.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka perlu adanya upaya inovasi pembelajaran berbasis web e-learning untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar fisika pada siswa kelas X MAN Ciparay.
Tinjuan Pustaka
1.    E-learning
Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk group diskusi dengan bantuan profesional dalam bidangnya. Perbedaan pembelajaran konvensional dengan e-learning yaitu pada kelas konvensional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengatahuan kepada siswnya, dimana pembelajaran berpusat kepada guru. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya kepada peserta didik. Siswa belajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggungjawab untuk pembelajaranya. Suasana pembelajaran e-learning akan menuntut siswa memainakan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Siswa membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri, dengan kata lain pembelajarannya berpusat kepada siswa.
Filosofi e-learning yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
a.    E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line
b.    E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi
c.    E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, melainkan memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi pendidikan.
d.    Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk, konten dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antara konten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan leh baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Sedangkan karakteristik e-learning antara lain :
a.    Memanfaatkan jasa teknologi elektronik sebagai media untuk berkomunikasi dengan relatif mudah dan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b.    Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer network)
c.    Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning material) disimpan dikomputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa tanpa dibatasi ruang dan waktu.
d.    Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Untuk mendapatkan hasil yang menarik dan diminati, beberapa syarat model interaktif yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran berbasis web yaitu berpusat pada konten, sederhana (simple), terencana (legible), navigator yang jelas, konsisten, akurat, unik, sesuai dengan tujuan halaman, mengakomodasi keragaman pengguna.

2.    Self Regulation Learning.
a.    Definisi Self Regulation Learning
Pada awal proses pembelajaran sampai akhir pembelajaran harus adanya motivasi dari guru kepada siswa agar giat belajar. Karena didalam pembelajaran jarak jauh, disiplin siswa dan kreatifitas siswa sangat mempengaruhi pencapaian tujuan yang hendak dicapai. Hal ini disebutkan sebagai pembelajaran dengan aturan sendiri. Self regulated learning (SRL) adalah pembelajaran yang dipandu oleh metakognisi (berpikir tentang berpikir seseorang), aksi strategis (perencanaan, monitoring, dan evaluasi kemajuan pribadi terhadap standar), dan motivasi untuk belajar. "Self-regulated" menggambarkan proses mengambil kendali dan mengevaluasi pembelajaran dan perilaku orang itu sendiri.
Pembelajaran mandiri menekankan otonomi dan kontrol oleh individu yang memantau, mengarahkan, dan mengatur tindakan menuju tujuan akuisisi informasi, keahlian memperluas, dan perbaikan diri " (Paris dan Paris 2001). Secara khusus, peserta didik mandiri yang menyadari kekuatan dan kelemahan akademik mereka, dan mereka memiliki daftar strategi mereka tepat diterapkan untuk mengatasi tantangan sehari-hari tugas-tugas akademik. Para pelajar memegang keyakinan tambahan tentang kecerdasan (sebagai lawan dari entitas, atau tetap kecerdasan) dan atribut keberhasilan atau faktor kegagalan mereka (misalnya, usaha yang dikeluarkan pada tugas, penggunaan strategi yang efektif) dalam kendali mereka.
Akhirnya, siswa yang pembelajar mandiri percaya bahwa kesempatan untuk mengambil tantangan tugas, praktek pembelajaran mereka, mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, dan mengerahkan usaha akan menimbulkan keberhasilan akademis (Perry et al., 2006). Pada bagian, karakteristik ini mungkin membantu menjelaskan mengapa pelajar mandiri biasanya menunjukkan rasa tinggi self-efficacy (Pintrich & Schunk, 2002). Dalam literatur psikologi pendidikan, peneliti telah menghubungkan karakteristik ini untuk sukses di dalam dan di luar sekolah (Corno, et al, 2002;. Pintrich, 2000; Winne & Perry, 2000).
Self regulation learning mencatat beberapa perilaku, Perilaku ini mencakup sebagai berikut : menyelesaikan pekerjaan rumah oleh tenggat waktu, belajar ketika ada hal-hal lain yang menarik untuk dilakukan, berkonsentrasi pada pelajaran sekolah, membuat catatan kelas yang berguna dari instruksi kelas, menggunakan perpustakaan untuk informasi tugas kelas, perencanaan sekolah efektif, mengorganisir sekolah efektif, mengingat informasi yang disajikan di kelas dan buku teks, mengatur tempat untuk belajar di rumah tanpa gangguan, memotivasi diri sendiri untuk mengerjakan tugas sekolah, dan berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan penelitian ini adalah metodologi kuantitatif, dimana metode kuantitatif adalah metodologi yang berdasarkan data dari hasil pengukuran, berdasarkan variabel penelitian yang ada, disisi lain pengertian metodologi penelitian kuantitatif adalah metode yang didesain sangat spesifik, yaitu penelitian yang dirancang untuk mengetahui objek tertentu atau benar-benar fokus pada satu masalah saja.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Sugiyono (2010). Sedangkan sampel dalam Arikunto (2006) adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Populasi dari kelas X yang berjumlah lima kelas, penulis mengambil sampel hanya satu kelas yaitu kelas X.3 dari karakteristik kelas yang berbeda dengan kelas lain, dan rata-rata nilai ujian tengah semester serta dari wawancara guru wali kelas tersebut.  Siswa kelas tersebut hampir 50% sudah membawa leptop ke sekolah. Dengan difasilitasi dari sekolah sekarang ini internet mudah di akses oleh siswa sehingga untuk pembelajaran berbasis web dimungkinkan dapat terlaksana, dimana dengan internet gratis siswa dapat seaching di dunia maya dengan mudahnya.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan isian angket yang diberikan pada siswa, untuk mengetahui motivasi (Self Regulation Learning) siswa dalam belajar fisika, dan skala yang digunakan adalah skala Likert.
Riduwan (2012) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pada penelitian untuk mengukur sikap dan pendapat seseorang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur dapat dijadikan titik tolak untuk membentuk item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut: Pernyataan Positif; Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Untuk pernyataan negatif; Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 4. Pada angket isian siswa hanya memberikan checklist pada pernyataan SS, S, TS, STS. Dalam hubungan teknik pengumpulan data angket, instrumen tersebut disebarkan kepada 28 responden, kemudian direkapitulasi.

Analisis Data
Dari hasil studi pendahuluan dan pengisian angkat pada salah satu Madrasah Negeri di Kabupaten Bandung dengan sampel kelas X di dapat beberapa data tentang sikap siswa terhadap pelajaran fisika, sikap berprestasi dalam belajar, berdiskusi dan belajar mandiri diantaranya:
1.    Data kualitatif dari aspek Sikap Peserta Didik terhadap pelajaran Fisika
Dari hasil analisis didapat data bahwa siswa senang belajar fisika pada saat pembelajaran menggunakan multimedia, dari data 28 responden, yang mencheklist pernyataan No.1 untuk (SS) ada 7 orang, (S) ada 14 orang, (TS) ada 7 orang, dan (STS) tidak ada yang mencheklist. Berdasarkan data item no.1 yang diperoleh dari 28 responden, maka siswa senang belajar fisika pada saat pembelajaran menggunakan multimedia dengan perolehan skor (SS) 28 + (S) 42 + (TS) 14 = 84 berada pada daerah setuju. Secara kontinum dapat dilihat seperti di bawah ini :


                            STS                        TS                            S                               SS
 
  0                        28                        56                           84                             112                 
 






Pada indikator saya merasa bosan dalam pembelajaran fisika karena saat pembelajaran hanya mencatat saja dengan skor 75 mendekati tidak setuju. Indikator saya senang belajar fisika karena guru mengunakan permainan dalam pembelajaran berada pada skor 97 dimana siswa mendekati sangat setuju belajar dengan menggunakan permainan. Untuk indikator kegiatan belajar fisika membosanakan karena guru hanya menjelaskan materi dengan ceramah saja berada pada poin 72 hal ini berarti siswa mendekati tidak setuju pada indikator tersebut.
2.    Aspek terhadap belajar fisika, untuk indikator saya ingin belajar fisika menggunakan model e-learning atau pembelajaran fisika berbasis web dengan skor 79 berada pada daerah setuju. Secara kontinum dapat dilihat seperti di bawah ini :
                            STS                        TS                            S                               SS
 
  0                        28                        56                     79  84                             112                 
 







Untuk indikator pembelajaran fisika lebih inovatif jika menggunakan web sebagai media pembelajaran dengan skor 80, maka pendapat siswa mendekati setuju dengan indikator tersebut. Siswa mendekati tidak setuju dengan indikator saya malas jika menggunakan internet sebagai media pembelajaran karena mahal dengan skor 83. Secara kontinum dapat dilihat pada tebel dibawah ini :
                             SS                          S                            TS                            STS
 
  0                        28                        56                       83,84                             112                 
 







Siswa tidak setuju dan menedekati sangat tidak setuju untuk indikator jika nilai fisika saya jelek saya tidak mau mengerjakan soal-soal lagi dengan skor 102. Siswa setuju dengan indikator saya menyelesaikan tugas fisika dengan tepat waktu dengan skor 88. Sedangkan untuk indikator setiap saya mengerjakan soal IPA saya mempunyai target nilai minimal tertinggi diatas rata-rata karena saya yakin dapat mengerjakan seluruh soalnya dengan benar siswa mendekati setuju dengan pernyataan tersebut, hal ini dapat dilihat dari perolehan skor 85. Pada umumnya sikap terhadap belajar fisika signifikan untuk pernyataan positif mendekati setuju dan pernyataan negatif tidak setuju.
3.    Aspek sikap terhadap diri sendiri berprestasi dalam belajar, siswa menjawab setuju dengan penyataan saya memperkaya keterangan guru sains dengan membaca buku-buku penunjang dengan skor 80.dapat dilihat pada tabel berikut.
                            STS                        TS                            S                               SS
 
  0                        28                        56                     80  84                             112                 
 







Untuk indikator saya mencari sumber-sumber lain yang sesuai untuk menyempurnakan tugas yang saya kerjakankan siswa pada umumnya mendekati setuju dengan skor 85. Selanjutnya siswa setuju dengan pernyataan saya tidak pernah mencontoh jawaban milik teman karena saya percaya dengan jawaban saya dengan skor 88, dan tidak setuju siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal fisika mencontoh milik teman dengan perolehan skor 89. Dari analisis data tersebut diperoleh nilai yang signifikan sikap terhadap diri sendiri berprestasi dalam belajar, hal tersebut siswa mendekati setuju dengan skor rata-rata 85,5.
4.    Sikap terhadap perbedaan siswa dengan indikator saya tidak mudah terpengaruh dengan  jawaban teman mendekati setuju dapat dilihat dari skor 85. Untuk indikator jika jawaban saya berbeda dengan teman, maka saya akan mengganti jawaban saya sehingga sama dengan teman jawaban siswa mendekati tidak setuju hal tersebut mendapat skor 85. Adapun ketika ada pendapat yang berbeda, maka saya akan menanggapinya siswa menjawab tidak setuju hal tersebut terlihat dari skor 87. Saya mempertahankan pendapat saya ketika diskusi pernyataan tersebut mendekatii setuju dengan skor 80. Untuk aspek sikap terhadap perbedaan siswa dapat dikatakan signifikan dengan rata-rata skor 84,25.
                            STS                        TS                            S                               SS
 
  0                        28                        56                          84 84,25                   112                 
 







5. Aspek sikap mandiri dalam belajar, untuk pernyataan saya rajin mengerjakan tugas dan soal-soal berkenaan dengan fisika karena orang tua mendukung dan memberikan semangat belajar jawaban siswa mendekati sangat setuju hal ini terlihat dari skor 91. Dan pernyataan siswa mendekati setuju ketika ditanya tentang saya selalu bertanya kepada guru mengenai materi yang belum saya pahami dengan skor 85.
            Dari  hasil keseluruhan aspek yang ujikan pada angket, berada pada daerah setuju untuk option positif dan berada pada daerah tidak setuju untuk option negatif hal tersebut diperkuat dengan perolehan skor rata-rata seluruh indikator yaitu 85,18.
Simpulan
Dari kelima aspek yang diberikan kepada peserta didik terdapat nilai yang signifikan karena perolehan skor 85,18 berarti jawaban siswa berada pada daerah setuju untuk pernyataan positif dan mendekati tidak setuju untuk pernyataan negatif.
Dari hasil analisis data, hasil akhir dari observasi ini yaitu mendapat data-data untuk studi lanjutan dan pengembangan inovasi pembelajaran berbasis web                   e-learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang studi fisika.
Sesuai dengan starndar proses pembelajaran, bahwa standar pembelajaran pada hasil satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian peserta didik. Perpaduan belajar dengan menggunakan web dan konvensional, dirasa perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik akan hausnya informasi melalui internet. Jika dikembangkan menjadi media pembelajaran untuk mata pelajaran fisika merupakan suatu terobosan inovasi baru yang dapat digunakan untuk merubah pandangan siswa terhadap mata pelajaran fisika yang selama ini kurang menyenangkan
DAFTAR BACAAN
Arikunto, Suharsimi., 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Depdiknas RI., 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas: Jakarta
Munir., 2001. Aplikasi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan XX(3). Universitas Pendidikan Indonesia.
Riduwan., 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula, CV Alfabeta, Bandung.
Sugiyono., 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Winne, P.H. & Perry, N.E., 2000. Measuring self-regulated learning. In P. Pintrich, M. Boekaerts, & M. Seidner (Eds.), Handbook of self-regulation (p. 531-566). Orlando, FL: Academic Press.

PDWK TIK MA Angkatan V

  Kota Cirebon merupakan kota yang unik dapat dikatakan kota wali, Sunan Gunung Djati. Cirebon dari kata cai dan rebon, ada juga dengan nama...