STUDI TENTANG SIKAP SISWA TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR FISIKA BERBASIS WEB E- LEARNING
Oleh
: Saeful Nurdin
Abstract
Tujuan
Studi pendahuluan ini untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata pelajaran
fisika, kemampuan berdiskusi, sikap berprestasi dan belajar mandiri pada siswa
kelas x pada Madrasah Aliyah Negeri Ciparay. Adapun metode yang digunakan yaitu
metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dari studi ini didapat sikap setuju
terhadap mata pelajaran fisika menggunakan multimedia, kemampuan berdiskusi,
sikap berprestasi dan belajar mandiri dengan skor 85,18.
Keyword:
self regulation learning, e-learning, sikap.
The
aim of this preliminary study was to determine the students' attitudes toward
physics subjects, discussion capabilities, attitudes and self-learning
achievement in grade x students at Madrasah Aliyah. The method used is
descriptive method. The results obtained from this study in attitude can be
approached agreed to use the physics subjects multimedia, discussion
capabilities, attitudes and self-learning achievement with a score of 85.18.
Keyword: self regulation
learning, e-learning, attitudes
Latar
Belakang
Perkembangan
teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat akhir akhir ini, mendapat
sambutan positif di masyarakat. Berbagai layanan masyarakat sudah menerapkan
ICT (Information and Communication
Technology). Demikian pula pada layanan pendidikan merupakan sebuah
tuntutan yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, beberapa penelitian
internasional menemukan berbagai kendala yang tidak sederhana dalam menggunakan
ICT sebagai inovasi media pembelajaran. Masalah utama yang seringkali dihadapi
adalah keterbatasan sumber daya, baik sumber daya fisik, sumber daya manusia
maupun sumber belajar berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi.
Karakter
lingkungan pembelajaran fisika sangat spesifik bahwa penciptaan alat e-learning yang cukup rumit. Penulis
mencoba untuk memasukkan pembelajaran berbasis web, melalui e-learning di sekolah dengan bantuan
tutor pembelajaran berbasis web ini dikembangkan untuk melibatkan dalam
berbagai aspek individu siswa secara terpisah, tapi masih ada kesempatan untuk
berkonsultasi langsung dengan guru. Merupakan peningkatan efisiensi kerja, di
mana siswa dapat mencurahkan substansial lebih banyak masalah yang dapat di
diskusikan dan dicari jalan pemecahan masalahnya yang tidak dibatasi oleh
standar pelajaran.
Penguasaan
media dan teknologi merupakan syarat awal bagi tutor untuk menjadi guru yang
baik yang mengajarkan siswanya tentang e-learning.
Pada awal proses pembelajaran sampai akhir pembelajaran harus adanya motivasi
dari guru kepada siswa agar giat belajar. Karena didalam pembelajaran e-learning, disiplin siswa dan kreatifitas
siswa sangat mempengaruhi pencapaian tujuan yang hendak dicapai. Hal ini
disebutkan sebagai pembelajaran dengan aturan sendiri. Self regulated learning (SRL) adalah pembelajaran yang dipandu
oleh metakognisi (berpikir tentang berpikir seseorang), aksi strategis
(perencanaan, monitoring, dan evaluasi kemajuan pribadi terhadap standar), dan
motivasi untuk belajar. "Self-regulated"
menggambarkan proses mengambil kendali dan mengevaluasi pembelajaran dan
perilaku orang itu sendiri.
Peserta
didik diatur sukses sendiri karena mereka mengendalikan lingkungan belajar
mereka. Mereka mengerahkan kontrol ini dengan mengarahkan dan mengatur tindakan
mereka sendiri menuju tujuan belajar mereka. Pembelajaran diatur sendiri harus
digunakan dalam tiga fase yang berbeda dari pembelajaran. Tahap pertama adalah
selama pembelajaran awal, tahap kedua adalah ketika troubleshooting masalah yang muncul selama pembelajaran dan tahap
ketiga adalah ketika mereka mencoba untuk mengajar orang lain.
Lingkungan
belajar yang bersifat eksploratori, seperti simulasi komputer, dapat digunaka
untuk memberikan contoh-contoh ganjil. Pembelajaran menggunakan simulasi
memberikan beberapa kuntungan para siswa dapat menyelidiki contoh-contoh yang
diperkenalkan denan mengubah nilai-nilai parameter, para siswa dapat
menginterperstasikan konsep ilmiah yang mendasar dari simulasi dan kemampuannya
dalam memberikan umpan balik (feedback) yang
segera. Hal ini didukung oleh Maddux, et.al
(munir 2001) yang menyatakan metode simulasi atau demontrasi melalui komputer
memiliki beberapa kelebihan diataranya: menggalakan proses belajar iduktif,
mewujudkan pengalaman dan keputusan yang nyata dan membisakan pebelajar
berpikir kritis dan kreatif.
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut di atas, maka perlu adanya upaya inovasi
pembelajaran berbasis web e-learning
untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar fisika pada siswa kelas
X MAN Ciparay.
Tinjuan Pustaka
1. E-learning
Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi
lebih interaktif. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui
media ini berbentuk mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video.
Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk group diskusi dengan bantuan
profesional dalam bidangnya. Perbedaan pembelajaran konvensional dengan e-learning yaitu pada kelas
konvensional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan dan ditugaskan
untuk menyalurkan ilmu pengatahuan kepada siswnya, dimana pembelajaran berpusat
kepada guru. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya kepada peserta didik. Siswa belajar
mandiri pada waktu tertentu dan bertanggungjawab untuk pembelajaranya. Suasana
pembelajaran e-learning akan menuntut siswa memainakan peranan yang lebih aktif
dalam pembelajarannya. Siswa membuat perancangan dan mencari materi dengan
usaha dan inisiatif sendiri, dengan kata lain pembelajarannya berpusat kepada
siswa.
Filosofi e-learning
yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
a. E-learning
merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara
on-line
b. E-learning
menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi
c. E-learning
tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, melainkan
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan konten dan pengembangan
teknologi pendidikan.
d. Kapasitas
siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk, konten dan cara penyampaiannya.
Makin baik keselarasan antara konten dan alat penyampai dengan gaya belajar,
maka akan leh baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang
lebih baik.
Sedangkan karakteristik e-learning antara lain :
a. Memanfaatkan
jasa teknologi elektronik sebagai media untuk berkomunikasi dengan relatif
mudah dan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b. Memanfaatkan
keunggulan komputer (digital media
dan computer network)
c. Menggunakan
bahan ajar bersifat mandiri (self
learning material) disimpan dikomputer sehingga dapat diakses oleh guru dan
siswa tanpa dibatasi ruang dan waktu.
d. Memanfaatkan
jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Untuk mendapatkan hasil yang
menarik dan diminati, beberapa syarat model interaktif yang dapat dijadikan
rambu-rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran berbasis web yaitu
berpusat pada konten, sederhana (simple),
terencana (legible), navigator yang
jelas, konsisten, akurat, unik, sesuai dengan tujuan halaman, mengakomodasi
keragaman pengguna.
2. Self
Regulation Learning.
a. Definisi
Self Regulation Learning
Pada awal proses pembelajaran sampai akhir
pembelajaran harus adanya motivasi dari guru kepada siswa agar giat belajar.
Karena didalam pembelajaran jarak jauh, disiplin siswa dan kreatifitas siswa
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan yang hendak dicapai. Hal ini disebutkan
sebagai pembelajaran dengan aturan sendiri.
Self regulated learning (SRL) adalah pembelajaran yang dipandu oleh
metakognisi (berpikir tentang berpikir seseorang), aksi strategis (perencanaan,
monitoring, dan evaluasi kemajuan pribadi terhadap standar), dan motivasi untuk
belajar. "Self-regulated"
menggambarkan proses mengambil kendali dan mengevaluasi pembelajaran dan
perilaku orang itu sendiri.
Pembelajaran mandiri menekankan otonomi dan
kontrol oleh individu yang memantau, mengarahkan, dan mengatur tindakan menuju
tujuan akuisisi informasi, keahlian memperluas, dan perbaikan diri " (Paris
dan Paris 2001). Secara khusus, peserta didik mandiri yang menyadari kekuatan
dan kelemahan akademik mereka, dan mereka memiliki daftar strategi mereka tepat
diterapkan untuk mengatasi tantangan sehari-hari tugas-tugas akademik. Para
pelajar memegang keyakinan tambahan tentang kecerdasan (sebagai lawan dari
entitas, atau tetap kecerdasan) dan atribut keberhasilan atau faktor kegagalan
mereka (misalnya, usaha yang dikeluarkan pada tugas, penggunaan strategi yang
efektif) dalam kendali mereka.
Akhirnya, siswa yang pembelajar mandiri
percaya bahwa kesempatan untuk mengambil tantangan tugas, praktek pembelajaran
mereka, mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, dan
mengerahkan usaha akan menimbulkan keberhasilan akademis (Perry et al., 2006). Pada bagian,
karakteristik ini mungkin membantu menjelaskan mengapa pelajar mandiri biasanya
menunjukkan rasa tinggi self-efficacy (Pintrich & Schunk, 2002). Dalam
literatur psikologi pendidikan, peneliti telah menghubungkan karakteristik ini
untuk sukses di dalam dan di luar sekolah (Corno, et al, 2002;. Pintrich, 2000; Winne & Perry, 2000).
Self
regulation learning mencatat beberapa perilaku, Perilaku ini
mencakup sebagai berikut : menyelesaikan pekerjaan rumah oleh tenggat waktu,
belajar ketika ada hal-hal lain yang menarik untuk dilakukan, berkonsentrasi
pada pelajaran sekolah, membuat catatan kelas yang berguna dari instruksi
kelas, menggunakan perpustakaan untuk informasi tugas kelas, perencanaan
sekolah efektif, mengorganisir sekolah efektif, mengingat informasi yang
disajikan di kelas dan buku teks, mengatur tempat untuk belajar di rumah tanpa
gangguan, memotivasi diri sendiri untuk mengerjakan tugas sekolah, dan berpartisipasi
dalam diskusi kelas.
Metodologi
Penelitian
Metodologi
yang digunakan penelitian ini adalah metodologi kuantitatif, dimana metode
kuantitatif adalah metodologi yang berdasarkan data dari hasil pengukuran,
berdasarkan variabel penelitian yang ada, disisi lain pengertian metodologi
penelitian kuantitatif adalah metode yang didesain sangat spesifik, yaitu
penelitian yang dirancang untuk mengetahui objek tertentu atau benar-benar
fokus pada satu masalah saja.
Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Sugiyono (2010). Sedangkan
sampel dalam Arikunto (2006) adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil
populasi yang diteliti). Populasi dari kelas X yang berjumlah lima kelas,
penulis mengambil sampel hanya satu kelas yaitu kelas X.3 dari karakteristik
kelas yang berbeda dengan kelas lain, dan rata-rata nilai ujian tengah semester
serta dari wawancara guru wali kelas tersebut.
Siswa kelas tersebut hampir 50% sudah membawa leptop ke sekolah. Dengan
difasilitasi dari sekolah sekarang ini internet mudah di akses oleh siswa
sehingga untuk pembelajaran berbasis web dimungkinkan dapat terlaksana, dimana
dengan internet gratis siswa dapat seaching di dunia maya dengan mudahnya.
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan isian angket yang
diberikan pada siswa, untuk mengetahui motivasi (Self Regulation Learning) siswa dalam belajar fisika, dan skala
yang digunakan adalah skala Likert.
Riduwan
(2012) Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial. Pada penelitian untuk mengukur sikap dan pendapat
seseorang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan
menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel kemudian subvariabel dijabarkan
lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya
indikator-indikator yang terukur dapat dijadikan titik tolak untuk membentuk
item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh
responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan
sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut: Pernyataan Positif;
Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak
Setuju (STS) = 1. Untuk pernyataan negatif; Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S)
= 2, Tidak Setuju (TS) = 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 4. Pada angket
isian siswa hanya memberikan checklist
pada pernyataan SS, S, TS, STS. Dalam hubungan teknik pengumpulan data angket,
instrumen tersebut disebarkan kepada 28 responden, kemudian direkapitulasi.
Analisis
Data
Dari
hasil studi pendahuluan dan pengisian angkat pada salah satu Madrasah Negeri di
Kabupaten Bandung dengan sampel kelas X di dapat beberapa data tentang sikap
siswa terhadap pelajaran fisika, sikap berprestasi dalam belajar, berdiskusi
dan belajar mandiri diantaranya:
1. Data
kualitatif dari aspek Sikap Peserta Didik terhadap pelajaran Fisika
Dari hasil analisis didapat
data bahwa siswa senang belajar fisika pada saat pembelajaran menggunakan
multimedia, dari data 28 responden, yang mencheklist pernyataan No.1 untuk (SS)
ada 7 orang, (S) ada 14 orang, (TS) ada 7 orang, dan (STS) tidak ada yang
mencheklist. Berdasarkan data item no.1 yang diperoleh dari 28 responden, maka
siswa senang belajar fisika pada saat pembelajaran menggunakan multimedia
dengan perolehan skor (SS) 28 + (S) 42 + (TS) 14 = 84 berada pada daerah
setuju. Secara kontinum dapat dilihat seperti di bawah ini :
STS TS S SS
0 28 56 84 112
|
Pada indikator saya merasa
bosan dalam pembelajaran fisika karena saat pembelajaran hanya mencatat saja dengan
skor 75 mendekati tidak setuju. Indikator saya senang belajar fisika karena
guru mengunakan permainan dalam pembelajaran berada pada skor 97 dimana siswa
mendekati sangat setuju belajar dengan menggunakan permainan. Untuk indikator
kegiatan belajar fisika membosanakan karena guru hanya menjelaskan materi
dengan ceramah saja berada pada poin 72 hal ini berarti siswa mendekati tidak
setuju pada indikator tersebut.
2. Aspek
terhadap belajar fisika, untuk indikator saya ingin belajar fisika menggunakan
model e-learning atau pembelajaran
fisika berbasis web dengan skor 79 berada pada daerah setuju. Secara kontinum
dapat dilihat seperti di bawah ini :
STS TS S SS
0 28 56 79 84 112
|
Untuk
indikator pembelajaran fisika lebih inovatif jika menggunakan web sebagai media
pembelajaran dengan skor 80, maka pendapat siswa mendekati setuju dengan
indikator tersebut. Siswa mendekati tidak setuju dengan indikator saya malas
jika menggunakan internet sebagai media pembelajaran karena mahal dengan skor
83. Secara kontinum dapat dilihat pada tebel dibawah ini :
SS S TS STS
0 28 56 83,84 112
|
Siswa
tidak setuju dan menedekati sangat tidak setuju untuk indikator jika nilai
fisika saya jelek saya tidak mau mengerjakan soal-soal lagi dengan skor 102.
Siswa setuju dengan indikator saya menyelesaikan tugas fisika dengan tepat
waktu dengan skor 88. Sedangkan untuk indikator setiap saya mengerjakan soal
IPA saya mempunyai target nilai minimal tertinggi diatas rata-rata karena saya
yakin dapat mengerjakan seluruh soalnya dengan benar siswa mendekati setuju
dengan pernyataan tersebut, hal ini dapat dilihat dari perolehan skor 85. Pada
umumnya sikap terhadap belajar fisika signifikan untuk pernyataan positif
mendekati setuju dan pernyataan negatif tidak setuju.
3. Aspek
sikap terhadap diri sendiri berprestasi dalam belajar, siswa menjawab setuju
dengan penyataan saya memperkaya keterangan guru sains dengan membaca buku-buku
penunjang dengan skor 80.dapat dilihat pada tabel berikut.
STS TS S SS
0 28 56 80 84 112
|
Untuk
indikator saya mencari sumber-sumber lain yang sesuai untuk menyempurnakan
tugas yang saya kerjakankan siswa pada umumnya mendekati setuju dengan skor 85.
Selanjutnya siswa setuju dengan pernyataan saya tidak pernah mencontoh jawaban
milik teman karena saya percaya dengan jawaban saya dengan skor 88, dan tidak
setuju siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal fisika mencontoh milik teman
dengan perolehan skor 89. Dari analisis data tersebut diperoleh nilai yang
signifikan sikap terhadap diri sendiri berprestasi dalam belajar, hal tersebut
siswa mendekati setuju dengan skor rata-rata 85,5.
4. Sikap
terhadap perbedaan siswa dengan indikator saya tidak mudah terpengaruh
dengan jawaban teman mendekati setuju
dapat dilihat dari skor 85. Untuk indikator jika jawaban saya berbeda dengan
teman, maka saya akan mengganti jawaban saya sehingga sama dengan teman jawaban
siswa mendekati tidak setuju hal tersebut mendapat skor 85. Adapun ketika ada
pendapat yang berbeda, maka saya akan menanggapinya siswa menjawab tidak setuju
hal tersebut terlihat dari skor 87. Saya mempertahankan pendapat saya ketika
diskusi pernyataan tersebut mendekatii setuju dengan skor 80. Untuk aspek sikap
terhadap perbedaan siswa dapat dikatakan signifikan dengan rata-rata skor
84,25.
STS TS S SS
0 28 56 84 84,25 112
|
5.
Aspek sikap mandiri dalam belajar, untuk pernyataan saya rajin mengerjakan
tugas dan soal-soal berkenaan dengan fisika karena orang tua mendukung dan
memberikan semangat belajar jawaban siswa mendekati sangat setuju hal ini
terlihat dari skor 91. Dan pernyataan siswa mendekati setuju ketika ditanya
tentang saya selalu bertanya kepada guru mengenai materi yang belum saya pahami
dengan skor 85.
Dari hasil keseluruhan aspek yang ujikan pada
angket, berada pada daerah setuju untuk option positif dan berada pada daerah
tidak setuju untuk option negatif hal tersebut diperkuat dengan perolehan skor
rata-rata seluruh indikator yaitu 85,18.
Simpulan
Dari
kelima aspek yang diberikan kepada peserta didik terdapat nilai yang signifikan
karena perolehan skor 85,18 berarti jawaban siswa berada pada daerah setuju
untuk pernyataan positif dan mendekati tidak setuju untuk pernyataan negatif.
Dari
hasil analisis data, hasil akhir dari observasi ini yaitu mendapat data-data
untuk studi lanjutan dan pengembangan inovasi pembelajaran berbasis web e-learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang
studi fisika.
Sesuai
dengan starndar proses pembelajaran, bahwa standar pembelajaran pada hasil satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian peserta
didik. Perpaduan belajar dengan menggunakan web dan konvensional, dirasa perlu
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik akan hausnya informasi
melalui internet. Jika dikembangkan menjadi media pembelajaran untuk mata
pelajaran fisika merupakan suatu terobosan inovasi baru yang dapat digunakan
untuk merubah pandangan siswa terhadap mata pelajaran fisika yang selama ini
kurang menyenangkan
DAFTAR
BACAAN
Arikunto, Suharsimi., 2006. Prosedur
Penelitian suatu pendekatan praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Depdiknas RI.,
2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas: Jakarta
Munir., 2001.
Aplikasi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan XX(3).
Universitas Pendidikan Indonesia.
Riduwan., 2012. Belajar Mudah Penelitian
untuk guru-karyawan dan peneliti pemula, CV Alfabeta, Bandung.
Sugiyono., 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: CV Alfabeta.
Winne, P.H.
& Perry, N.E., 2000. Measuring self-regulated learning. In P. Pintrich, M.
Boekaerts, & M. Seidner (Eds.), Handbook
of self-regulation (p. 531-566).
Orlando, FL: Academic Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar